Abu Teupin Raya Merupakan Salah Satu Ulama Kharismatik Aceh

Simbun.com

Banda Aceh – Salah seorang ulama Aceh yang kharismatik dan namanya sering disebut oleh masyarakat adalah Teungku Muhammad Ali Irsyad. Masyarakat umum lebih mengenalnya dengan sebutan Abu Teupin Raya.

Berdasarkan catatan sejarah, beliau lahir pada 1921 Masehi di Desa Kayee Jatoe, Kemukiman Teupin Raya, Kecamatan Geulumpang Tiga, Pidie.

Ayahnya bernama Muhammad Irsyad, ibunya bernama Aisyah. Keluarga dari keturunan ayahnya adalah keturunan Panglima Doyen dari Aceh Besar. Sedangkan dari keluarga ibunya berasal dari keluarga ulama dari Lapang, Lhoksukon yang hijrah ke Teupin Raya. Dalam dirinya mengalir darah bangsawan dan darah ulama.

Selama hidup, Teungku Muhammad Ali Irsyad memiliki tiga istri. Istri pertamanya yaitu Hj. Aminah asal Teupin Raya. Dari istri pertama ini, mereka dikaruniai lima anak yaitu Teungku Armia, Teungku Syakya, Hj. Fatimah, Zakaria dan Yahya.

Istri keduanya ialah Hj. Fatimah dari Trienggadeng-Puduek, dengan isteri kedua beliau dikaruniai tiga orang anak yaitu Marhamah, Muhammad dan Helmi. Sedangkan istri yang ketiga adalah Hj. Fatimah dari Reuduep- Panteraja, dikaruniai seorang anak yaitu Muazzinah.

Sejak kecil beliau dididik langsung oleh orang tuanya Teungku Irsyad dalam bidang pendidikan agama dengan ketat, kemudian mengingat karena orang tuanya sebagai qadhi, salah seorang Ulee Balang Geulumpang Payong pada masa Belanda, maka sudah barang tentu dari lingkungan bangsawan beliau mendapat kesempatan untuk memperoleh kesempatan pendidikan umum.

Karena itu pada dirinya mengalir dua pendidikan sekaligus yaitu pendidikan agama yang dibimbing langsung oleh orang tuanya. Dan pendidikan umum yang mendapat fasilitas dari jabatan orang tuanya sebagai qadhi Ulee Balang. Mengingat kedua hal tersebut, beliau mempertimbangkan kalau di rumah beliau harus mengetahui pelajaran agama dan keesokan harinya di sekolah harus berhadapan dengan guru-guru dari Belanda, maka timbullah goncangan jiwa dalam hati beliau, sehingga beliau memutuskan untuk mencari ilmu agama.

Teungku Muhammad Ali Irsyad termasuk di antara ulama yang kreatif dalam mengembangkan dakwah ilmiah di Aceh. Baik itu melalui jalur pendidikan maupun penulisan, ia telah melahirkan sejumlah karya tulis yang dapat dijadikan pegangan dalam menjalankan syariat Islam.

Berdasarkan data yang diperoleh di Dayah Darussa’adah, sampai akhir hayatnya Teungku Muhammad Ali Irsyad telah merampungkan sebanyak 28 karya tulis dalam beberapa bidang ilmu, baik dalam bahasa Aceh, bahasa Gayo, maupun bahasa Arab. Karya-karya yang dikarang oleh Teungku Muhammad Ali Irsyad di antaranya Awaluddin Ma’rifatullah (tauhid), Al-Qaidah (nahwu), Taqwimu Al-Hijri (ilmu falak) dan Ad-Da’watul Wahabiyah (Gerakan Dakwah Wahabi).

Beliau juga membuat suatu terebosan baru dengan membuka sekolah umum, yaitu Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP) Darussa’adah pada tahun 1984 dan Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA/SMU) pada tahun 1986. Kedua jenis sekolah ini dibuka di kampus Darussa’adah Pusat di Teupin Raya.

Sumber: Portalsatu