Simbun.com
Banda Aceh – Pembangunan proyek jalan tol Aceh baru mulai dipatok dari titik nol kawasan Gampong Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar atau sekitar 200 meter dari Rutan Banda Aceh di Kajhu hingga ke Padang Tiji, Pidie. Panjang jalan tol yang lebih dikenal rute Banda Aceh-Sigli ini 75 kilometer (Km).
Ketua Tim Pembebasan Tanah Proyek Jalan Tol Aceh, Alvi menyampaikan hal ini ketika menjawab Serambi, Minggu (2/7). Menurutnya, pematokan lahan yang akan dibebaskan untuk pembangunan jalan tol yang sudah masuk dalam proyek strategis nasional 2016 dan 2017 itu sudah berubah atau bukan seperti rencana awal.
Pasalnya, kata Alvi rute awal yang sudah dibuat banyak mengenai bangunan, sehingga proses pembebasan lahan dipastikan tak akan lancar karena ditolak masyarakat. “Mulai dari titik nolnya kawasan Kajhu sudah ada masalah, yaitu terkena SD di Gampong Miruek Taman yang harus dihancurkan dan dipindahkan ke tempat lain,” kata Alvi.
Selanjutnya, jika mengikuti rute awal, kata Alvi di Kecamatan Idrapuri juga ada tiga masjid harus dihancurkan dan dibangun baru. Selain itu juga mengenai lapangan tembak TNI di Kecamatan Seulimuem. Masih di kawasan Aceh Besar juga terkena sehingga harus memindahkan delapan menara listrik tegangan tinggi 150 KVA milik PLN. Sedangkan di Pidie, ada beberapa lokasi waduk kena lintasan rute jalan tol dan kuburan keramat, sehingga juga harus dipindahkan.
Karena itu, ia sudah mengusulkan pergeseran rute proyek jalan tol Banda Aceh-Sigli kepada Subdit Jalan Tol dan Direktur Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan usulan itu diterima. “Dan titik nol dari Banda Aceh tetap di Gampong Kajhu, Aceh Besar. Sedangkan di Pidie di Kecamatan Padang Tiji,” ujarnya.
Menurutnya, setelah usulan pergeseran rute itu diterima, pihaknya baru mematok badan jalan yang hendak dibebaskan dan saat ini proses itu sudah selesai. “Saat ini sedang pembuatan gambar jalan tolnya oleh konsultan perencana dan pengawasnya,” jelas Alvi.
Alvi menyebutkan rute baru itu tetap lurus dan lebar, sehingga tak banyak rintangan. Di dua lokasi kawasan Kecamatan Indrapuri harus dibangun jalan flay over atau jembatan layang karena melintas jalan nasional. Pemilik lahan diharap menerima harga yang ditetapkan tim independen agar proses pembangunannya berjalan lancar.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Aceh, Ir Rizal Aswandi mengatakan pemerintah pusat sudah menyerahkan pelaksanaan konstruksi proyek itu ke PT Hutama Karya, salah satu perusahaan BUMN bergerak di bidang kontruksi jalan tol. Perusahaan itu baru bersedia memulai pekerjaan jika pembebasan lahan sudah selesai 100 persen.
Rizal menyebutkan empat paket rencana pembangunan jalan tol di Aceh yang tersambung ke tol Sumut sesuai urutannya, yakni Banda Aceh-Sigli 75 Km, Sigli-Lhokseumawe 135 Km, Lhokseumawe-Langsa 135 Km, dan Langsa-Binjai, Sumut 110 Km.
Pelaksanaan pembangunan jalan tol Banda Aceh-Sigli itu, kata Rizal Aswandi, akan menjadi penilaian pemerintah pusat. Karena itu, ia mengharapkan dukungan penuh masyarakat, bupati, DPRK dan instansi terkait lainnya, sehingga dua tahun ke depan Aceh bisa memiliki jalan tol, terutama untuk lintasan Banda Aceh-Sigli.
“Karena ada beberapa paket proyek jalan tol di Sumut yang masuk dalam proyek strategis nasional 2016 dan 2017 sudah dikerjakan. Misanya jalan tol Medan-Binjai, Medan Kuala Namu-Lubuk Pakam-Tebing Tinggi dan lainnya. Sementara di Aceh satu pun belum ada yang dikerjakan pembangunan fisiknya,” demikian Rizal Aswandi.
Sumber: Serambinews.com