Peneliti Cari Keberadaan Kelelawar Raksasa di Aceh Besar

Simbun.com

Aceh Besar – Tim riset Natural Aceh melakukan identifikasi jenis dan komposisi kelelawar di kawasan Pegunungan Seulawah, Aceh Besar, Aceh. Penelitian ini dilakukan setelah warga menemukan kelelawar sebesar anak kecil.

Penelitian ini dilakukan sejak 1 September 2017 dan berlangsung hingga Desember mendatang. Tim peneliti ini menangkap kelelawar yang terbang dengan menggunakan jaring. Setelah itu, kemudian difoto dan diukur beberapa bagian tubuhnya. Sebagian dibius dan dibedah, sedangkan sekitar 80 persen lainnya dilepas lagi dengan diberi gelang khusus.

Lokasi penelitian ini dipilih mulai dari kawasan Seulawah hingga Lamteuba. Hingga saat ini, tim masih melakukan pemetaan lokasi. Rencananya ada 6 lokasi yang dipakai dengan empat habitat berbeda untuk penempatan jaring.

Ketua Natural Aceh Zainal Abidin Suarja mengatakan, penelitian yang dilakukan pihaknya untuk mengidentifikasi jenis-jenis kelelawar dan komposisinya di Seulawah. Penelitian ini dilakukan berawal dari penemuan kelelawar berukuran besar oleh masyarakat di kawasan tersebut.

“Pada Juli 2017 warga pernah menemukan kelelewar besar. Para warga mengatakan sebesar anak kecil. Kita tidak bisa mengidentifikasinya karena bangkainya dihanyutkan ke sungai, tidak ditanam,” kata Zainal saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (9/9/2017).

Menurutnya, kelelawar yang ditemukan warga tersebut diperkirakan jenis pteropus. Kelelawar jenis ini kini mulai terancam punah. Untuk membuktikan temuan warga tersebut, tim peneliti turun ke lokasi. Sebelumnya, kelelawar jenis ini pernah ditemukan menggantung di pohon-pohon besar di kawasan Simpang Jam Taman Sari, Banda Aceh.

Namun setelah Pemerintah Kota menebang pohon tersebut, kelelawar ini pindah ke tempat lain. “Di hutan ukuran kelelawar ini bisa mencapai maksimal yaitu berukuran 1,7-2 meter,” jelas Zainal.

Selama beberapa hari berlangsung penelitian, para peneliti baru melihat beberapa spesies umum seperti cynopterus sp dan balionycteris maculata. Tim mengalami kesulitan untuk menangkap kelelawar disebabkan cuaca hujan sehingga binatang malam tersebut tidak keluar dari sarangnya.

“Selain itu mist net dan harpa net belum sampai di lokasi. Secara metode, kelelawar yang kami dapat tanpa harpa dan mist net tidak bisa dihitung karena ada variabel khusus di jaring tersebut seperti tinggi jaring, lokasi, waktu ditangkap, waktu bulan dan kelembaban,” ungkapnya.

Sumber: detik